Jumat, 10 Mei 2019

Kesempatan, Majulah

by : xavier faxor.

  Televisi menyala, Channel  SateTV sedang ditonton oleh Azka, anak dari Pak Memet dan Bu Ijem. Sekolahnya libur saat ini, kegiatan di rumahya hanyalah nonton Anime atau Televisi, main smartphone dan juga membuat Artikel.

  Di hari sabtu pagi, Azka masih tertidur. Ia begadang hanya untuk mengerjakan tugas dari gurunya, selain itu dia menonton Anime. Bu Ijem ibunya sangat marah kepada Azka karena kesehariannya yang benar-benar diam, tidak berkembang. Pak Memet yang tidak terlalu peduli pun setiap hari memberikan asupan nasihat kepada Azka yang setiap hari libur hanya diam.

  "Aku benar-benar bosan!" keluh Azka sambil menonton Anime kesukaannya. Bu Ijem yang sibuk dengan pekerjaannya pun mendengar keluhannya dan berkata, " Lebih baik kamu bantu Ibu beres-beres! Masa anak gadis kerjaannya di rumah cuma duduk main hp dan nonton? Dasar pemalas!" Azka yang merasa tersindir akhirnya dengan setengah hati membantu Bu Ijem.

  Setelah selesai membantu, Azka kembali lagi ke kamar dan menjadi kutu kamar di dalam yang pekerjaannya hanya nonton anime dan chattingan. "Aku inign suatu kemajuan tapi aku sudah menyerah," bisiknya.

  Ia melihat ke jendela dan berteriak, "Aaaaa!"

  Ada seseorang yang meliriknya, dia pun menyapa Azka dan memberi isyarat 'ayo main!'. Azka dengan mengangguk langsung turun ke lantai bawah dan membukakan pintu untuk orang tersebut. Dia adalah sahabat baik Azka, namanya Rizka. Rizka dan Azka adalah sahabat baik sejak SD, meskipun begitu mereka selalu berselisih ketika sedang mengerjakan sesuatu.

  "Apa kabar? bagaimana keadaanmu dan sekolahmu?" tanya Azka sambil membawakan minuman untuk Rizka.

  "Hey, tidak usah repot-repot membawakannya untukku! Alhamdulillah kabarku baik, sekolahku pun sangat menyenangkan," jawab Rizka dengan wajah meremehkan.

  "Dasar kau ini selalu begitu, hahaha!" geram Azka menyodorkan minuman yang diterima Rizka.

  Azka dan Rizka akhirnya mengobrol tentang keseharian mereka setelah lulus SMP. Mereka mengobrol banyak sampai mereka lupa waktu. Sudah 2 jam mereka mengobrol, tiba-tiba Azka terlihat lesu.

  "Kenapa ca?" tanya Rizka heran.

  Rizka sudah mengetahui kenapa anak ini tiba-tiba lesu, ada beban pikiran ini anak bu ijem!, batinnya. Percakapan mereak terhenti sejenak, sedangkan Azka tidak sadar atas apa yang sedang dia lakukan, ya! melamun. Rizka hampir saja berteriak karena merasa kesal atas sikapnya itu.

  "Ca, apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Rizka, dia menyodorkan cemilan yang dia bawa dari rumah.

  "Terima kasih cemilannya!" lanjut Azka, "Aku sedang memikirkan prestasi, kemampuan dan bakat seseorang."
  
  "Aku kira kenapa, huuff.. Aku sangat khawatir padamu! Jadi, apa yang kamu pikirkan sampai sebegitu seriusnya? Apa ada pertanyaan?" ucap Rizka sok dewasa.

  Azka berdiri dan membawa sebuah buku tentang biografi dan prestasi dari artis dan orang-orang hebat. Rizka memandangi buku tersebut, Apa harus aku mulai duluan? Aku benci dia yang bertele-tele, batin Rizka agak kesal. Azka membuka halaman demi halaman, dan menandai beberapa halaman tentang biografi orang-oran berbakat dari Indonesia.

  "Baiiikklaaah!! mereka memang hebat ya ca bisa melakukan banyak hal dengan bakatnya. Tapi apakah kamu pernah berpikir bahwa kita juga bisa seperti mereka dengan cara kita sendiri?" ucap Rizka pembukaan.

  "Ya aku tahu, tapi aku selalu gagal. Hah, aku benci sekali diriku yang tidak pernah bisa masuk," keluh Azka.

  Rizka menghela napas malas, dia berdiri dan segera menghadap jendela. Sambil menatap langit, dia mengulurkan tangannya ke langit dan memotretnnya. Azka menggelengkan kepala dengan sikapnya Rizka setiap ada di rumahnya. Azka menghampiri Rizka dan duduk di balkon kamarnya.

  "Semuanya sudah ditentukan Tuhan ya, riz. Aku hanya bisa berusaha dan berdoa," ucapnya pasrah.

  "Tuhan memang sudah menentukan garis hidup kita, tapi kita bisa mengubah sebagian takdirnya dengan belajar, berusaha, dan terus percaya pada kemampuan diri. Kamu terlalu naif ya Ca!" balas Rizka yang terjongkok melihat pemandangan. 

  "Haha, iya juga. Manusia hanya bisa merencanakan ya?" tanya Azka berusaha memahami ucapan Rizka.

  Rizka menghela napas -lagi-. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar