Sabtu, 27 Januari 2024

Sebagai Jembatan

Aku berdiri disini, merangkul dalam ruangan
Kulontarkan senyuman, sehangat yang kubisa
Namun dalam hatiku, Rasa sunyi bersemi
Ku merasa ditinggal, kupendam dalam dada

Menghiraukan hal itu, agar tetap tersenyum
Namun terlontar tanya, "Apakah aku ada di dalam hidupmu?"

Hatiku hampa meski kita bersama
Setiap aku coba, Pedihnya tak terelakan
Kuhadirkan bahagia untuk setiap orang
Namun ku merasa ditinggalkan
sebagai jembatan

Waktu trus berlalu, yang ku pendam menggila
Bahkan dalam rumah, sunyi tak terhapuskan
Benarkah aku ada dalam hidupmu
Maka tolong perlakukan dengan penuh kasih

Menghiraukan hal itu, agar tetap tersenyum
Namun aku semakin sadar..

Hatiku hampa meski kita bersama
Setiap aku coba, pedihnya tak tereleakan
Kuhadirkan bahagia untuk orang yang kucinta
Namun ku meerasa ditinggalkan
sebagai jembatan

Katakanlah dengan jelas
Perlakukan semestinya
Tak peduli yang terjadi
Aku kan tetap begini
Jangan buat aku merasa sebagai jembatan

Senin, 14 Agustus 2023

Takut

Entah darimana aku harus memulainya, tulisan ini berantakan karena aku tidak tahu bagaimana mengolah pikiran dan perasaanku.

Orangtua,
Aku merasa sedih melihat orang - orang memiliki orangtua yang cukup suportif, meskipun tidak begitu menunjukkan kepedulian mereka, mereka masih hadir sebagai orangtua yang bertanggung jawab atas peran mereka. Aku merasa peran mereka dalam hidupku begitu pudar di ingatanku. Tidak tahu apakah peran mereka ini benar atau salah, aku tidak begitu mengerti sama sekali perihal itu saat ini.

Semakin dewasa peran orangtua dalam kehidupanku semakin menurun. Mereka tidak begitu membimbingku, tapi juga tidak begitu melepaskanku. Aku kehilangan arah kemana aku harus pergi dan aku sendiri sedih ketika orangtua tidak ingin berkorban untuk diriku tapi aku harus berkorban perasaan untuk mereka.

Mereka bilang "berceritalah padaku"
Tapi setiap kali aku ingin bercerita rasanya aku tidak mendapatkan kenyamanan sama sekali. Setitik rasa yang sangat aku hargai ketika mereka membelaku ketika aku dalam kondisi tertekan saat kelas 10. Dimana ada orang yang mengancamm hidupku tanpa tahu salahku dimana dan apa yang sudah aku lakukan.

Semua orang baik bagiku, tapi sejak kelas 10 aku tidak tahu apakah orang - orang memang baik padaku karena tulus atau karena ada maunya. Aku tidak perlu mengatakan banyak hal, aku tidak perlu ucapan bahwa orang lain berlaku terserah mereka dan aku hanya perlu percaya bahwa aku akan menarik orang - orang yang baik ke hadapanku. Aku tidak butuh kata - kata tersebut.

Semakin dewasa semakin aku sulit untuk percaya dengan kata - kata orang lain, semakin sulit aku untuk percaya jika tindakan dan balasan mereka tidak begitu menyenangkan bagiku. Iya, hanya bagiku. Bukan berarti tidak menyenangkan bagi orang lain.

Aku sadar bahwa aku terlalu overthinking, aku ingin sekali kata - kata baik, tindakan baik, aku ingin arahan aku ingin diarahkan. Tapi aku sudah dewasa, orang - orang berpikir aku sudah dewasa. Orang - orang berpikir di usiaku yang sekarang dengan banyaknya pengalaman aku bisa mengatasi hal - hal seperti itu. TIDAK.

Aku bergelut dengan kepalaku setiap hari merenungi setiap kesalahan - kesalahanku. Aku sangat takut membuat kesalahan hingga membuat orang lain marah besar padaku. AKu tidak mentoleransi kesalahan apapun, begitupun kepada diriku sendiri. Aku tidak tahu berapa lama aku bisa bertahan aku takut sekali dengan perasaanku.

Adakah yang bisa meniruku? aku selalu berusaha meniru orang lain, aku selalu berusaha melihat bagaimana orang lain berperilaku, mereka selalu membalas perlakuanku sesuai yang aku lakukan tapi aku tidak tahu aku tidak tahu kenapa aku berpikir seperti ini.

Aku sudah bulak balik psikolog.

Sabtu, 03 Juni 2023

Lamunan

 Nggak jarang aku melamun, aku selalu merasa ada di suatu tempat, dimana cuma aku sendiri disana. Sesekali seseorang mampir untuk menyapaku, memberi aku sedikit ucapan dan semangat, atau teguran manis tapi pedas.


Disana, aku menangis sendirian, menari seindah yang aku bisa untuk mengisi ruang hampa itu. Bernyanyi seakan suaraku sebagus itu untuk didengar padahal hanya kehampaan yang ada disekitarku

Berdialog seakan - akan dia kakakku padahal aku tidak punya kakak sama sekali, atau jiwa pasanganku yang aku saja tidak tahu apakah benar itu dia atau bukan. Aku masih merasakan mereka masih menemaniku.

Sebelum aku meninggal, aku ingin mewujudkan keinginan kecil ini untuk bisa melantunkan yang aku alami setiap kali aku perlu terlelap lama ada maupun tanpa alasan.

Ah, seringkali aku berpikir.. sudah cukup adanya kamu di bayang-bayangku, kamu surga kecil untukku. Kamu tempat aku bersandar ketika aku tidak tahu harus bersandar kemana selain kepada Pemilik Semesta ini.

Aku yakin suatu saat aku akan tahu siapa jiwa yang menyempatkan mampir di kehidupanku disaat - saat aku merasa tercekik kencang.

Mungkin, disini aku melihat seseorang yang mirip denganmu, namun aku tahu kamu tidak ada disekitarku. Kamu tidak ada didekatku.

Hey kamu, terima kasih sudah menemaniku di padang rumput yang sejuk, menyelamatkanku untuk menjatuhkan diri dari tebing hanya untuk melihat ilusi - ilusi yang tidak aku ketahui.

Tidak semua orang tahu ceritaku, dan tidak semua orang akan mengerti. Aku hanya ingin mengamankan tubuh ini ke tempat dimana hanya ada orang - orang yang mau menggenggam tanpa mengatakan rangkaian kalimat buruk.